Kamis, 20 Desember 2012

Mereka dikecam, ditakuti, tapi diinginkan

Sekelompok perempuan berpakaian hitam tertutup dari ujung kepala hingga kaki tampak cekatan menggunakan senapan Kalashnikov di sebuah daerah di Republik Chechnya, Rusia. Tak hanya itu mereka juga mampu menembakkan senapan mesin, senapan penembak jitu, peluncur roket, dan granat. Mereka rupanya adalah kaum perempuan yang sedang dilatih bertempur oleh kelompok Taliban yang selama ini memiliki basis di Pakistan dan Afghanistan.

Dunia bisa menyaksikan aksi perempuan-perempuan itu dalam sebuah tayangan video diunggah kaum Taliban ke situs Internet YouTube, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, akhir Oktober lalu.

Upaya perekrutan kaum perempuan untuk dijadikan personil jihad makin sering dilakukan Taliban dalam beberapa tahun terakhir. Selain perempuan, kaum Taliban juga belakangan banyak merekrut kaum remaja dan anak-anak untuk tujuan menyerang musuh-musuh mereka.

Kelompok Taliban di Afganistan selama ini dikenal dengan pemahaman Islam garis keras. Hal itu bisa dilihat dari penafsiran mereka terhadap ajaran Islam yang kerap mengorbankan nyawa orang tak bersalah, termasuk perempuan dan anak-anak. Mereka juga mengharamkan perempuan bersekolah, bekerja, dan keluar rumah. Ironisnya, mereka justru tidak melarang perempuan dan anak-anak ikut bertempur bersama mereka.

Kini di Afganistan kelompok Taliban diyakini semakin memperkuat pengaruhnya ke segala lapisan masyarakat, seperti yang terjadi di Provinsi Helmand.

Setelah tiga tahun pasukan Amerika Serikat melakukan operasi besar-besaran untuk menumpas kelompok Taliban, warga Helmand masih takut keluar rumah malam hari lantaran perampok dan pencuri sering berkeliaran memangsa mereka. Di waktu siang polisi dan pejabat pemerintah selalu menakut-nakuti mereka untuk meminta uang sogokan. Setelah sebelas tahun terlibat perang, mereka ingin kelompok Taliban kembali berkuasa.

Mereka mengatakan di bawah kepemimpinan Taliban setidaknya kehidupan mereka lebih aman dari kejahatan dan korupsi meski kelompok fundamentalis Islam itu sering mengadili pencuri dengan hukuman potong tangan.

Seorang warga bernama Maulvi Daud mengatakan di bawah rezim Taliban, Afghanistan memiliki banyak pasukan pengamanan. Namun, hal ini berubah setelah Taliban digulingkan oleh Amerika. "Pihak keamanan waktu itu tidak pernah kejam pada kita tapi sekarang berbeda. Pokoknya masih lebih baik saat Taliban berkuasa," ujar dia, seperti dilansir situs Huffington Post, pekan lalu.

Banyak pihak mengatakan situasi keamanan di Afghanistan semakin hari semakin memburuk. "Selama masa kekuasan Taliban, tidak ada satu orang pun berani mencuri. Ini sebab kami tahu apa hukumannya. Namun, ketika Taliban tidak ada semua orang berani mencuri dan keadaan kami menjadi lebih buruk," kata seorang warga bernama Khalil.

Para pengamat menilai situasi di Helmand merupakan gambaran pemerintah Afganistan penuh dengan korupsi. Hal itu menjadi salah satu rintangan terbesar untuk menjamin keamanan. Alhasil, dengan situasi semacam itu, banyak warga menginginkan kekuasan kembali dipegang Taliban.

Dalam pandangan internasional, kaum Taliban kerap dikutuk, dikecam, dan ditakuti akibat perbuatan keji mereka beraliran Islam garis keras. Namun di Afganistan, warga justru menginginkan mereka kembali berkuasa.
[fas]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar